Pelajaran Hati Umur Dini Via
Bermain - Dunia buah hati yaitu dunia bermain. Bermain menjadi kesibukan yang
dipilih sendiri oleh buah hati sebab menyenangkan, bukan sebab hadiah atau
kebanggaan. Froebel dalam Brewer (2007 : 41) mengatakan bahwa permainan dalam
pengajaran buah hati umur dini adalah pondasi bagi pelajaran buah hati sehingga
bisa menjembatani buah hati antara kehidupan di rumah dan kehidupan buah hati
di sekolah.
Bermain yaitu aktivitas yang
dijalankan berulang-ulang demi suatu kesenangan, tanpa ada tujuan atau target
yang hendak ditempuh. Jadi, apa saja kegiatannya jikalau dijalankan dengan sena
ng dapat dikatakan bermain. Bermain bisa berimbas kepada perkembangan lahiriah,
kreativitas, pengetahuan,tingkah laku sosial dan poin tata krama buah hati
(Hurlock, 1978).
Berdasarkan Aase Erikse dalam
bukunya yang berjudul Playground Design, Outdoor Environments for Learning and
Development, 1985 mengatakan bahwa fungsi bermain yaitu sebagai pengerjaan
pelajaran mengenai peraturan tertentu, sarana pelepasan emosionil dan sistem
buah hati memahami dunia dengan melaksanakan eksplorasi sebanyak-banyaknya dan
tujuan bermain bagi buah hati yaitu untuk mengeluarkan tenaga yang berlebihan,
melatih dan menyempurnakan insting, persiapan bagi buah hati untuk kehidupan
masa depannya dan untuk memulihkan kekuatan, penyegaran sesudah aktivitas
belajar secara formal.
Pelajaran buah hati umur dini
lewat bermain memberikan akibat yang cukup besar kepada perkembangan buah hati
umur dini, yakni :
a. Perkembangan lahiriah buah
hati
Bermain aktif penting bagi buah
hati untuk mengoptimalkan otot-otot tubuh dan melatih semua komponen tubuhnya.
Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran kekuatan yang berlebihan yang jikalau
terpendam terus akan membikin buah hati menjadi tegang, resah dan gampang
tersinggung
b. Dorongan komunikasi
Supaya bisa bermain dengan bagus
bersama dengan yang lain, buah hati sepatutnya belajar berkomunikasi dalam arti
mereka bisa paham dan sebaliknya mereka sepatutnya belajar paham apa yang
dikomunikasikan buah hati lain.
c. Penyaluran emosionil yang
terpendam
Bermain adalah sarana bagi buah
hati untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh pengendalian lingkungan
kepada mereka. Dalam bermain buah hati belajar bagaimana sepatutnya bersikap
dan berbuat laku supaya bisa berprofesi sama antara satu dengan yang lain.
d. Penyaluran bagi keperluan dan
harapan
Keperluan dan harapan yang tak
bisa dipenuhi dengan sistem lain seringkali bisa dipenuhi dengan bermain.
e. Sumber belajar
Bermain memberi kans untuk
mempelajari pelbagai hal lewat buku, TV atau menjelajah lingkungan sekitar.
f. Stimulasi bagi kreativitas
Kebebasan berekspresi yang
diperoleh lewat aktivitas bermain memberikan kans bagi buah hati untuk
mengoptimalkan kreasinya cocok dengan kemauannya.
g. Perkembangan wawasan diri
Dengan bermain buah hati mengenal
tingkat kesanggupan mereka dan membandingkannya dengan sahabat-sahabat mereka
dalam bermain.
h. Belajar bersosialisasi
Dengan bermain bersama buah hati
lain, mereka belajar bagaimana menyusun kekerabatan sosial dan bagaimana
menghadapi dan mengatasi permasalahan yang muncul dalam kekerabatan hal yang demikian.
Bermain juga melatih komunikasi buah hati dengan sahabatnya.
i. Standar tata krama
Bermain sebagai standar tata
krama, maksudnya meskipun belajar di rumah dan di sekolah perihal apa saja yang
dianggap bagus dan buruk oleh kategori, tetapi tak ada pemaksaan standar tata
krama paling teguh kecuali dalam kategori bermain.
j. Mengoptimalkan kepribadian
Via kekerabatan yang terjadi
antar sesama member suatu kategori bermain, buah hati belajar bagaimana menjadi
buah hati yang murah hati, jujur, sportif, bisa diandalkan dan disukai orang
lain.
Disamping itu, bermain juga
mempunyai peran sebagai sarana sosialisasi (Achdiani, 2004). Ada enam wujud
interaksi antar buah hati yang terjadi pada dikala mereka bermain, yakni:
a. Unoccuped Play
Hati tak benar-benar terlibat,
namun cuma memperhatikan kejadian di sekitarnya yang menarik perhatian buah
hati.
b. Bermain sendiri
Bermain sendiri umumnya terlihat
pada buah hati yang berusia benar-benar muda. Hati sibuk bermain sendiri dan
tampaknya tak mengamati absensi buah hati lain di sekitarnya.
c. Pengamat
Kesibukan bermain dengan
memperhatikan buah hati-buah hati lain melaksanakan aktivitas bermain, dan
terlihat ada atensi yang kian besar kepada aktivitas buah hati lain yang
diamatinya.
d. Bermain pararel
Bermain pararel terlihat dikala
dua buah hati atau lebih bermain dengan tipe alat permainan yang sama dan
melaksanakan gerakan atau aktivitas yang sama, melainkan jikalau diamati
terlihat bahwa sesungguhnya tak ada interaksi di antara mereka. Format aktivitas
bermain ini terlihat pada buah hati yang sedang bermain kendaraan beroda
empat-mobilan, membikin bangunan dari balok-balok dan sebagainya.
e. Bermain asosiatif
Bermain asosiatif ditandai dengan
adanya interaksi antar buah hati yang bermain, saling tukar alat permainan,
akan melainkan jikalau dipandang akantampak bahwa masing-masing buah hati
sesungguhnya tak terlibat dalam berprofesi sama. Misalnya: buah hati yang
sedang menggambar, mereka berbagi pensil warna. Meski ada interaksi di antara
mereka, tetapi sesungguhnya aktivitas menggambar hal yang demikian mereka
lakukan sendiri-sendiri.
f. Bermain bersama
Bermain bersama ditandai dengan
adanya kerjasama atau pembagian tugas dan pembagian peran antar buah hati-buah
hati yang terlibat dalam permainan untuk menempuh satu tujuan tertentu.
Sejumlah akibat pelajaran buah hati umur dini
lewat bermain dan pelbagai interaksi yang terjadi dikala buah hati bermain.